Minggu, 17 Mei 2015

Resensi Novel "Fairish" Karya Esti Kinasih



Judul : Fairish
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat  terbit : Jakarta
Bulan dan tahun terbit :  Agustus 2004
Jumlah halaman :  312 halaman
Tebal buku :  20 cm
Sinopsis :
Baru kali ini Irish bertemu cowok aneh yang hanya bisa diam tanpa ekspresi seperti patung, begitu dingin dan sok misterius. Sayang sekali cowok seperti ini justru memilih duduk sebangku dengannya. Namanya Davi,cowok keren yang langsung diidamkan oleh Metha itu adalah siswa baru dikelas Irish. Entah atas dasar apa dia memilih duduk bersama Irish, padahal Irish sungguh tak berminat pada cowok ini. Banyak yang menawarkan duduk cowok itu tapi, dia malah memilih duduk bersama cewek mungil bermodal manis itu. Satu hal yang diketahui Davi saat itu adalah Irish tidak berminat padanya, maka akan diajak Irish bermain sebuah drama yang akan melindunginya dari cewek-cewek macam Metha. Dia akan memacari Irish agar dia punya tameng untuk menjauh dari cewek dan cinta. Untuk satu alasan dia memang harus menjauh dari dua hal ini.
Drama ini berjalan lama dan efektif, sampai datang orang yang berhubungan kuat dengan masa kelam Davi. Dia membawa ancaman besar dan begitu banyak dendam pada Davi. Dia adalah Alfa, sepupu Melanie, cewek yang menjadi masa lalu Davi. Yang tanpa sengaja , karena kelalaian Davi sendiri, dia harus kehilangan cewek itu selamanya. Melihat Irish bersama Davi tentu membuat Alfa semakin terbakar, pertama karena Alfa memang menyukai Irish, kedua karena  cowok seperti Davi tidak pantas mendapatkan cewek sebaik Irish. Pertempuran itu dimulai, seiring luka yang mulai mengiris Davi dan Irish atas drama yang mereka lakoni. Davi terluka dalam diamnya, Irish yang terluka dalam jerat kediaman Davi. Sayang sekali, mereka tak saling menyadari masing-masing dari mereka telah terluka.
***
Penilaian :
Fairish merupakan buku pertama Esti Kinasih yang bercerita tentang kisah cinta remaja, konflik dan emosi dalam buku ini sangat natural sehingga banyak pembaca terutama dikalangan remaja menyukai buku ini. Oleh karena itu muncul berbagai macam apresiasi atas buku ini.
Seperti karya Esti Kinasih sebelumnya, gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah nonformal. Gaya bahasa ini cocok untuk buku ber-genre teenlet, karena pembaca akan mudah memahami dan pesan yang disampaikan sang penulis bisa sampai kepada pembaca. Namun, pada buku Fairish ini, bahasa pengantar dan penjelas ceritanya terlalu komunikatif, seperti bahasa dialog. Sebaiknya, meskipun gaya bahasa yang dipilih adalah gaya bahasa nonformal, bahasa dialog dengan bahasa pengantar dan penjelas cerita harus dibedakan kadar nonformalnya.
Untuk sudut pandang pada buku ini, menggunakan sudut pandang orang ketiga diluar cerita. Lewat sudut pandang ini, pembaca mampu merasakan gejolak emosi setiap tokoh yang ada dalam cerita. Apalagi dalam kisah ini ada tokoh misterius, yaitu Davi, lewat sudut pandang orang ketiga diluar cerita, pembaca bisa merasakan betapa misteriusnya seorang Davi.
Yang perlu diperhatikan mungkin adalah bagian ending dari buku ini. Sangat disayangkan, untuk kisah yang mempunyai  awal dan klimaks yang bagus tapi mempunyai anti klimaks yang terlalu singkat dan masih sedikit menggantung.
Menyinggung soal ilustrasi pada cover Fairish, ilustrasinya cukup bagus namun kurang menggambarkan cerita didalamnya. Pemilihan warna juga kurang cerah untuk buku ini. Secara keseluruhan buku ini adalah buku yang sukses menghipnotis pecinta teenlet, kisahnya yang unik dan natural tidak membuat pembaca menyesal telah membaca buku ini. Jadi, selamat membaca.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar