Sabtu, 16 Mei 2015

Resensi Novel "Jingga dan Senja" Karya Esti Kinasih




Judul : Jingga dan Senja
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat  terbit : Jakarta
Bulan dan tahun terbit : Februari 2010
Jumlah halaman : 312 halaman
Tebal buku : 20 cm
Sinopsis :
Tari, gadis manis, polos dan taat peraturan ini sudah dua minggu resmi menjadi siswi SMA Airlangga. Sekilas tidak ada yang menarik dari gadis ini selain nuansa orange pada keseluruhan aksesorisnya . Namun, nuansa orange inilah yang memanggil alam bawah sadar cowok berpredikat badboy ganteng dan paling berkuasa di SMA Airlangga dan disebut-sebut sebagai panglima perang saat tawuran, Ari. Semenjak bertemu Ari, dalam riuh redam emosinya terhadap Ari, Tari tetap bisa melihat kebaikan yang tersembunyi rapat dibalik dominan sifat dan sikap buruk Ari. Suasana perang antara Ari dan Tari tetap tidak dapat terhindarkan, mereka selalu menjadi sumber huru hara SMA Airlangga. Bagi Tari, perang yang menguras emosinya ini hanya untuk membenci setiap gangguan Ari. Tapi bagi Ari, perang ini menguras dan menggoyak batinnya, Tari menyandang nama yang seakan menjadi kunci hidup Ari. Sikap Ari yang sembarangan posesif pada Tari justru membuat gadis itu lari dan berlindung dibalik Angga, musuh bebuyutan Ari dari SMA Brawijaya. Angga melihat peluang ini untuk menyerang Ari, karena sebenarnya serangan-serangan Angga terhadap Airlangga adalah kedok dari serangan pribadinya untuk Ari. Tari yang diperhatikan mati-matian oleh Ari entah apapun alasannya adalah senjata emas untuk Angga  membalaskan dendam pribadinya pada Ari.
*** 
Penilaian :
Buku Jingga dan Senja karangan Esti Kinasih ini cukup besar menarik minat para pembaca, terutama dikalangan remaja. Buku ini telah menciptakan tokoh-tokoh fiktif yang mampu membuat para pembaca jatuh cinta pada tokoh-tokoh tersebut. Oleh karena itu, resensi ini dibuat untuk mengapresiasi buku Jingga dan Senja ini.
Buku Jingga dan Senja karangan Esti Kinasih mempunyai alur kisah yang unik dan menegaskan karisma pengarang dalam tulisannya. Pembaca diajak menggali sisi lain dari seorang badboy bahkan diajak untuk mengagumi sosok badboy tersebut lewat alur dan sudut pandang yang digunakan penulis, yaitu orang ketiga diluar cerita.  Dengan sudut pandang ini, pembaca mampu memainkan imajinasinya untuk memahami setiap watak dari tokoh-tokoh kisah tersebut. Meskipun, penulis tetap menyelipkan beberapa alur menggantung, yang dijadikan senjata untuk menarik rasa pensaran pembaca terhadap kisah lanjutan novel Jingga dan Senja ini.
Keunikan lain dari buku ini adalah detail setiap gerakan tokoh yang dijelaskan penulis sebagi latar peristiwa, sehingga para pembaca dituntut untuk benar-benar memainkan imajinasinya, hasilnya buku ini terasa sangat seru untuk dibaca. Sedangkan adapun kelemahan dari buku Jingga dan Senja ini adalah ada beberapa kalimat yang susah dipahami karena kurang praktis  atau berbelit-belit. Seperti pada halaman 57 ,” Dengan sepasang mata terarah lurus-lurus pada cowok didepannya,perlahan Ari menekuk lutut kirinya. Dan seiring dengan itu, tubuhnya merendah. Dan sempurnalah kerendahan itu saat Ari menekuk lutut kannanya “.  Pada bagian ini terlalu banyak kata “dan” , meskipun ada tanda titik, kalimat-kalimat tersebut sebenarnya masih satu rangkai berkesinambungan, atau sebaiknya penulis tidak menggunakan titik diantara kalimat itu. Terkadang efek suasana yang coba dimunculkan oleh penulis justru membuat kalimat menjadi tidak efektif dan membingungkan pembaca.
Menyinggung soal kata pengantar, kata pengantar pada buku ini sangat kurang. Fungsi kata pengantar adalah untuk mengungkapan rasa terimakasih atau sedikit pesan penulis kepada Tuhan dan orang-orang yang telah ikut andil dalam penerbitan sebuah buku. Maka alangkah lebih baik apalagi kata pengantar dibuat sedikit lebih panjang.
Untuk cover dan ilustrasi buku ini memiliki karisma dan menggambarkan cerita didalamnya. Warna dari cover buku juga cukup meciptakan  “eye-catching”. Uniknya warna cover juga ilustrasi dari buku Jingga dan Senja memang cocok dengan cerita didalamnya.
Meskipun buku ini mempunyai banyak sekali penggemar setia, tak sedikit pula yang tidak menyukai buku ini karena materi yang dibahas adalah badboy. Alangkah baiknya bila membaca tuntas buku ini serta kelanjutannya agar mengerti penyeselesaian konfliknya. Pembaca dijamin merasakan sensasi berbeda pada tulisan Esti kinasih ini, karena buku ini menunjukkan dan menegaskan ciri khas sang penulis. Jadi, selamat membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar