Sabtu, 16 Mei 2015

Resensi Novel "Jingga Dalam Elegi" Karya Esti Kinasih



Judul : Jingga dalam Elegi
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tempat  terbit : Jakarta
Bulan dan tahun terbit : Februari 2011
Jumlah halaman : 392 halaman
Tebal buku : 20 cm
Sinopsis :
Tari dengan paksa dia diseret semakin dalam ke kehidupan Ari. Rahasia-rahasia besar Ari mengurung Tari dalam takdirnya bersama Ari, sebuah nama yang dia miliki seakan menjadi jalan keluar dari peliknya kehidupan Ari. Angga,yang berusaha menyelamatkan Tari dari Ari telah dipukul mundur oleh Ari, menyisakan luka untuk Tari. Namun, telah datang seseorang yang sulit dipercayai akan membantu Tari berlindung dari Ari. Ata, yang tidak lain adalah saudara kembar Ari, bersedia melawan saudara kembarnya sendiri dan memposisikan diri sebagai pelindung untuk Tari.
Perbedaan sikap dan sifat yang terbentang jauh antara Ata dan Ari, memberi kesempatan Ata untuk menyanyikan elegi-elegi dirinya dan Ari pada Tari. Tari seakan diminta membimbing Ata dan Ari keluar dari elegi ini. Namun, semakin dalam Tari tahu, garis perbedaan itu semakin tipis dan mengabur. Ata dan Ari seakan menjadi dua orang yang memiliki satu jiwa.
*** 
Penilaian :
Buku Jingga dalam Elegi merupakan lanjutan dari buku Jingga dan Senja. Minat para pembaca semakin tinggi pada buku ini karena banyaknya misteri pada buku sebelumnya. Maka dari itu banyak apresiasi dalam berbagai bentuk, termasuk sebuah resensi.
Efek "Sentuhan Ajaib" dari penulis yaitu Esti Kinasih semakin matang dan nyata pada karyanya di buku Jingga dalam Elegi ini. Gaya bahasa di buku ini menunjukkan ciri khas dan karakter dari Esti Kinasih, santai namun berkesan disetiap kata. Detail-detail setiap gerakan tokoh juga telah menjadi ciri khas Esti Kinasih, yang membuat para pembaca tenggelam dalam dunia imajinasinya. Meskipun menggunakan gaya bahasa santai, ada beberapa yang kurang tepat. Seperti pada halaman 293, " Ridho menatap Ari sambil geleng-geleng kepala, jadi tersinggung " . Kalimat tersebut harus disempurnakan, misal maksudnya adalah “Ridho menatap Ari sambil geleng-geleng kepala, dia menjadi tersinggung ”. Dalam hal penciptaan tokoh, latar dan sudut pandang buku ini sudah dikategorikan bagus. Namun ketelitian penempatan dan menyusun kalimat harus lebih diperhatikan, karena kesalahan menyusun kalimat bisa menjad kendala pembaca untuk memahami pesan dan makna pada kalimat itu.
 Sedangkan alur pada buku Jingga dalam Elegi ini ada yang sengaja dijadikan misteri pada awal cerita, walaupun pada akhirnya misteri itu terungkap namun penulis hanya mengungkapkan rahasia itu secara singkat dan umum, bukan setiap detail kejadiannya. Sehingga pembaca berasumsi sendiri seperti apa peristiwa itu berlangsung dengan pedoman penjelasan umum sang penulis. Alangkah baiknya, jika setiap kejadian yang  dijadikan misteri oleh penulis itu dijelaskan pula detailnya, cukup untuk menyelesaikan kisah pada buku ini. Karena buku ini buku lanjutan, alur misteri  yang belum akan terungkap bisa ditempatkan diakhir tulisan.
Menyinggung soal cover dari buku ini, ilustrasi karakter pada cover cukup menarik dan menggambarkan cerita keseluruhan, namun untuk warna, cover buku Jingga dalam Elegi ini kurang elegan dan terkesan pucat, sehingga mengurangi “Eye-catching” terhadap buku ini.
Secara umum seperti penjelasan sebelumnya, buku Jingga dalam Elegi menyimpan kisah unik dan menyimpan misteri. Oleh karena itu, pembaca dibuat haus akan kisah selanjutnya. Kisah dalam buku ini memang sangat menarik untuk dibaca. Selamat membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar